Love Yourself
Jakarta, 09 Februari 2018
Aku sangat mencintai dia. Sejujurnya aku sangat menyayanginya. Bila ada yang bertanya apakah aku pernah berpikir untuk berhenti mencintainya, jawabannya adalah aku tak tahu dan sejauh ini tidak. Sejauh ini. Ya, karna bukan waktu yang sebentar aku mencintainya, bukan waktu yang pendek aku mengagumi dan memperhatikannya. Mungkin sudah lebih dari setahun lamanya.
Dia mencuri perhatianku sejak pertama kali kita bertemu di waktu dan tempat yang tak terduga. Sejak saat itu aku selalu ingin memperhatikannya, selalu berusaha mencarinya. Hari demi hari ku lalui dan dia masih menjadi salah seorang yang kucari diantara ribuan manusia. Jujur saja aku berusaha mencari informasi tentangnya, meski tak banyak yang aku dapatkan. Hingga akhirnya, aku kembali bertemu dengannya.
Semakin hari aku semakin ingin mengenal dirinya dan dekat dengannya. Aku bersyukur bisa terus mengenalnya dan semakin lebih dekat. Mungkin aku terlalu agresif, jika ku katakan bagaimana usaha ku agar selalu bersamanya. Terlalu banyak cara yang kulakukan agar dirinya terus mengingatku, agar aku terkesan baik dihadapanya dan agar aku tak dilupakan. Tapi ini nyata.
Waktu berlalu, aku menyadari bahwa perasaan ini bukan lagi sekedar mengagumi, tetapi aku sudah menyayanginya. Namun, aku tidak tahu bagaimana dengan dirinya. Aku masih terus berusaha agar dirinya terus mengingatku karena aku selalu mengingatnya dan sulit mengusirnya dari pikiranku. Setiap hari aku berharap untuk bisa bertemu dengannya atau sekedar melihatnya meski hanya dari jauh.
Ada satu hari yang spesial bagiku, karena pada saat itu dia mengejutkanku dengan memberikan makanan ringan yang tak pernah kuduga. Makanan itu aku simpan hingga beberapa minggu karena bagiku itu sangat berharga. Moment berharga ini membuat ku merasa bahwa dia mengingatku sebagai seseorang yang sangat dekat dengannya.
Waktu bergulir, dia sering menanyakan kabarku melalui pesan singkat. Dia selalu menjadi pelengkap hari-hariku. Setiap hari aku selalu menunggu namanya muncul di layar ponselku. Aku menceritakan semua keseharianku dan dia mau mendengarkan. Dia nyaris tahu semua ceritaku, tetapi lambat laun aku menyadari bahwa perlakuannya sama untuk semua orang. Aku sedikit kecewa tetapi tetap yakin bahwa aku termasuk yang dekat dengannya.
Hari terus berganti, bulan berganti bulan, dan aku terus menikmati perasaanku sambil meyakini bahwa aku mencintainya dan tak ada yang mengganggunya. Sekali lagi aku hanya memikirkan diriku, aku tak tahu bagaimana dengan dirinya. Bagaimana juga pandangan dia terhadap diriku? Aku berusaha terus berhubungan dengannya dan terus menikmati hari-hariku.
Ketika tahun mulai berganti, aku mulai sadar bahwa bukan hanya aku yang diperlakukan istimewa. Mulai banyak yang bicara tentangnya, banyak yang bilang kalau dia berlaku baik pada banyak orang dan bukan hanya aku. Diriku tak tau harus bicara apa, rasanya sakit dan sedikit perih. Namun aku yakin, bahwa aku tidak salah menyukai dirinya dan itu bukanlah hal yang buruk.
Dia masih menghubungiku tapi tak sesering dulu. Ketika rasa rindu menyelimuti hatiku, aku mengalihkannya dengan membaca kembali isi pesan teks kita berdua. Tentang perasaanku, aku masih sangat menyayanginya. Aku juga tak pernah memaksanya untuk membalas perasaanku. Disaat-saat seperti ini aku merasa sudah cukup jika hanya berteman baik dengannya. Aku tak ingin jauh darinya.
Suatu hari temanku memberitahuku, ia mendapat kabar bahwa pria itu menyukaiku. Akupun kehilangan akal sehat sehingga menelan begitu saja berita itu. Saat itu, aku merasa terbang terbawa angin, begitu bahagianya aku. Ku pikir aku hanya sebagai penerima berita dan seharusnya aku menerima berita ini darinya bila memang benar adanya.
Aku menceritakan kabar ini pada beberapa sahabatku yang lain, tapi sahabatku hanya bersikap biasa dan malah menceritakan hal yang bertolak belakang dengan ekspektasiku.Sepertinya aku tak memperhatikan realita yang terjadi bahwa aku dan dia sudah semakin menjauh. Aku mulai berpikir tentang perkataan sahabatku tentang realita-realita yang terjadi dan agak sulit bagiku menerimanya.
Harapanku adalah dia menyukaiku. Walaupun sampai pada upaya yang terakhir, tetapi tetap saja dia tak menyukaiku. Kenyataan yang memang harus aku terima adalah bahwa dia tidak menganggapku sebagai pribadi yang istimewa untuknya. Dia hanya menganggapku sebagai teman.
Terlalu rumit untuk diceritakan tentang bagaimana aku mendengar kenyataan sebenarnya, bagaimana ternyata dia bukan menyukaiku tapi menyukai sahabatku. Hari itu baru saja aku menulis sebuah cerita tentang bagaimana awalnya aku menemukannya hingga aku jatuh cinta padanya. Entah mengapa hari itu aku sangat bersemangat menceritakan kisahku. Sejak 1 tahun lampau dan malam itu aku merasa sangat sia-sia menulis cerita itu, karena tak ada gunanya cerita itu untuk dilanjutkan karena cerita indah itu berujung sakit hati parah.
Hari ini dimana aku menulis ini, aku sudah berubah, aku sudah melepaskannya. Hatiku begitu lega, setelah menerima kabar pahit itu. Aku berjanji pada diriku untuk melepaskan orang itu dan hanya berteman, tak memikirkan dia lagi dan meyakinkan diriku bahwa aku berhak bahagia dan tak lagi terbeban dengan cinta. Merayakan cinta bagiku dimulai dari mencintai diri sendiri sebagaimana aku membiarkan diriku lepas dari rasa sakit hati dan membiarkan cinta, kasih sayang yang lain datang padaku. Kini aku bebas tanpa peduli siapapun, aku bebas melakukan apapun tanpa harus selalu berusaha agar diperhatikan dan kini aku percaya cinta sesungguhnya akan datang di saat yang tepat tanpa paksaan. #CelebratingLove